Selasa, 25 Februari 2014

Tauhid sebagai Aqidah dan Filsafat hidup


MAKALAH ILMU TAUHID
‘TAUHID SEBAGAI AQIDAH
DAN
FILSAFAT HIDUP’

Disusun oleh:
Marjuki
NPM: 1331030016
Prodi: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Dosen Pengampu: Dra. Yusafrida Rasyidi, M.Ag



FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2013/2014


KATA PENGANTAR

           Segala puji bagi Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad S.AW, suri tauladan kita dan semoga kelak di yaumil akhir kita  mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Makalah ini disusun dalam rangka melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu tauhid bersifat individual yang telah diberikan oleh Ibu Dosen kepada kami sebagai penyusun khususnya, dan mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir pada umumnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang terkait, khususnya Ibu Dosen atas saran dan petunjuk yang senantiasa diberikan kepada kami.
         Kami sebagai penyusun menyadari, bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun kritik sebagai motivasi bagi kami, agar kelak kami bisa menghasilkan yang lebih baik lagi.
       Akhirnya, semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua sebagai bahan pembelajaran dalam studi Tauhid, khususnya tentang Tauhid Sebagai Aqidah dan Filsafat Hidup.

Bandarlampung,  Nopember 2013

Penyusun





ii    
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I     : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
                 A. Latar Belakang................................................................................... 1
                 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
BAB II   : PEMBAHASAN ................................................................................... 2
                A.Pengertian Tauhid, Aqidah dan filsafat hidup..................................... 2
                B.Tauhid sebagai Aqidah......................................................................... 4
                C. Tauhid sebagai Filsafat hidup..............................................................5
BAB III  : PENUTUP .............................................................................................8
                A. Simpulan.............................................................................................. 8
                B. Saran.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. ……....9















          iii
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

              Setiap manusia yang berakal pasti memiliki tujuan hidup. Pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan di dunia berarti berharap kehidupan yang berkah atau yang diberkati (almubarok), kebahagiaan di akhirat berarti surga (aljannah).
Sementara kewajiban atau tugas hidup manusia menurut al-qur’an adalah mengabdi atau beribadah kepada Alloh. Manusia diciptakan Alloh, tidak lain adalah agar mengabdikan dirinya kepada-Nya.
              Alloh menghendaki agar kehidupan manusia di dunia ini diarahkan untuk mengabdi kepada-Nya. Guna mewujudkan kehendak-Nya itu, Alloh telah mengokohkan  dalam diri manusia kesediaan untuk menyembah-Nya yang secara implisit berisi kesanggupan manusia untuk tunduk kepada-Nya. Dalam diri dimensi manusia yang paling dalam (roh) tertanam keyakinan bahwa Allah lah pusat kehidupan.
              Supaya dasar-dasar yang terbentuk dalam diri manusia tersebut tetap terpelihara, maka Allah memberikan bimbingan melalui teks ayat-ayat al-qur’an, bagaimana dasar-dasar keimanan kepada Allah dalam diri manusia tersebut diamalkan atau diwujudkan dalam kehidupan aktual manusia. Bimbingan Allah melalui kitab suci adalah cara yang digunakan Allah agar manusia selalu dalam posisi mengembangkan sifat-sifat asalnya dalam bentuk beribadah kepada-Nya.[1]
11
              Mengaplikasikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah cara yang utama untuk mewujudkan keinginan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Oleh karena itu, disini kami akan mencoba untuk membahas tauhid ketika diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari terutama tauhid sebagai aqidah dan sebagai filsafat hidup.

B. RUMUSAN MASALAH

1.    Sekilas tentang pengertian tauhid, aqidah dan filsafat hidup.
2.    Pengaplikasian Tauhid sebagai aqidah dan filsafat hidup.


BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN TAUHID, AQIDAH DAN FILSAFAT HIDUP

1. Tauhid
           Tauhid dalam segi bahasa berarti esa atau menjadikan satu. Yaitu mengesakan Allah.
Adapun secara istilah (makna), tauhid ialah perbuatan hati, mengesakan Allah sebagai Tuhan (Rububiyah), sebagai sembahan (Uluhiyah), dengan segala nama, sifat dan perbuatan-Nya.[2]
Secara teoritis, tauhid dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
a)   Tauhid Rububiyah
52
                                                Yaitu percaya bahwa hanya Allah lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah Nya. Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan yaitu beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum, beriman kepada takdir Allah dan beriman kepada zat Alloh.

b)   Tauhid Uluhiyah
          Yaitu mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan. Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji, nazar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya semua itu dilakukan: yaitu bahwa kita melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT.
Oleh sebab itu, realisasi yang benar dari tauhd Uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar:
Pertama, memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT semata tanpa adanya sekutu yang lain.
Kedua, hendaklah semua bentuk ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
c).Tauhid Al-asma’ wa ash-shifat
            Yaitu pengakuan dan kesaksian yang tegas atas semua nama dan sifat Allah yang sempurna yang termaktub dalam ayat-ayat Al-qur’an dan sunnah Rasululloh SAW.

2. Aqidah
           Yang dimaksud dengan aqidah adalah iman dengan semua rukunnya yang enam, yaitu: Iman kepada Alloh, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari kiamat dan qodho dan qodharNya.
Aqidah berasal dari kata aqoda yang bermakna “ma’qudah”, yang berarti ‘yang terikat’.
33
Aqidah bagaikan ikatan perjanjian yang teguh dan kuat. Hal ini disebabkan karena ia terpatri didalam hati dan tertanam di lembah hati yang paling dalam. Adapun dua kalimat syahadat LaailahaillAllah MuhammadurRasulullah yang artinya tiada Tuhan (yang patut disembah dan diimani) selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasul (utusan) Allah, merupakan aqidah dan asas utama bangunan islam. Syahadat merupakan satu-satunya jalan menuju Darussalam (surga firdaus).[3]

3. Filsafat Hidup
           Secara bahasa, filsafat berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari dua kata philein berarti cinta, dan sophos berarti hikmat (kebijaksanaan).
Adapun secara istilah filsafat berarti menggunakan akal fikiran untuk berfikir  jawaban dari setiap permasalahan yang dihadapi, tentunya dengan menggunakan kaidah-kaidah berfikir logis, sistematik, konprehensip atau menyeluruh, bebas dan bertanggung jawab.
              Filsafat tidak kalah penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena hidup tidak lepas dari yang namanya berfikir. Karena secara lahiriyah manusia telah diberi akal oleh Alloh SWT untuk berfikir.
            Filsafat hidup merupakan sinonim dari pandangan hidup yang berarti suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat atau negara. Semua perbuatan tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.[4]

B.TAUHID SEBAGAI AQIDAH

44
             Tauhid dan aqidah adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Aqidah merupakan pondasi bangunan islam. Kuat tidaknya suatu bangunan itu tergantung pondasinya. Apa jadinya jika pondasi itu lemah? Tentu bangunannyapun kelak tidak akan kuat dan mudah roboh. Maka disinilah peran tauhid sebagai penguat aqidah. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, aqidah adalah rukun iman yang enam. Dimana rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah, yang pembahasannya tentu seputar tauhid. Jadi, tauhid adalah pondasi yang paling awal dalam aqidah seseorang.
Aqidah merupakan sebuah keyakinan terlebih lagi keyakinan kepada Tuhan harus merupakan ikatan yang kokoh yang tidak boleh dibuka atau dilepaskan begitu saja, karena bahayanya amat besar bagi kehidupan manusia. Orang yang tidak memiliki ikatan yang kokoh dengan Tuhan, menyebabkan ia dengan mudah tergoda pada ikatan-ikatan lainnya yang membahayakan dirinya.[5]
Seperti: Seseorang datang ke kubur, kemudian berdoa dan meminta kepada penghuni  kubur, maka hal ini merupakan pelanggaran tauhid, yakni tauhid uluhiyah. Atau contoh lain, seseorang meyakini bahwa adanya penguasa laut selatan selain Allah, maka hal ini merupakan pelanggaran tauhid, yakni tauhid rububiyah.
Dengan demikian jelaslah betapa pentingnya tauhid sebagai aqidah yang harus diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kemurnian aqidah sekaligus menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Yang mana tujuan akhir dari hidup ini tidak lain tidak bukan ialah untuk mencari keridhoan Allah SWT.

C.TAUHID SEBAGAI FILSAFAT HIDUP

  Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan filsafat hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
               Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa filsafat hidup adalah kata lain dari pandangan hidup. Apakah setiap orang itu perlu memiliki pandangan hidup? Kemudian pandangan hidup yang seperti apa yang harus dimiliki seseorang?
55
              Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif.
          Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapi.
          Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang pencipta bila sedang dirundung kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya kepada sang pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1)   Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2)   Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3)   Kurang memahami nilai dan tuntunan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4)   Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.[6]
             
              Oleh karena itu dalam islam penting sekali mengaplikasikan tauhid sebagai pandangan hidup. Tauhid yang telah diimplementasikan sebagai aqidah berperan vital dalam kehidupan kita sebagai pedoman dan jalan hidup supaya kita selalu terarah kejalan yang lurus, yaitu jalan yang senantiasa diridhai oleh Allah SWT.
              Adapun peran aqidah tauhid sebagai pandangan hidup orang islam yang berkaitan tentang realitas kehidupan, meliputi beberapa hal diantaranya:
1)   Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah
66
66
                  Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan tujuan hanya untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT. Hidup yang baik dan benar adalah hidup penuh ketundukan dan kepatuhan kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Pengagungan, pemujaan dan penghormatan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik, sekaligus merupakan penghianatan terhadap seluruh isi perjanjian yang tertuang dalam kalimat syahadat Uluhiyah (syahadat Tauhid) yaitu kesaksian tentang ketuhanan Allah.[7]
2)   Allah sebagai standard of judgment (ukuran nilai)
          Ukuran nilai berdasarkan aqidah tauhid adalah apa yang diridhoi Allah (mardhotillah). Segala sesuatu yang diridhai Allah adalah baik dan benar serta mengandung nilai ibadah. Ukuran nilai ini merupakan inti yang disekelilingnya berputar seluruh tindakan dan perbuatan moral manusia.
       Aqidah tauhid dan iman kepada hari akhir memberikan satu daya penggerak yang membuat seseorang menerima ukuran nilai tersebutdengan penuh kejujuran, keikhlasan dan tanggung jawab.
3)   Allah sebagai titik tuju arah hidup manusia
         Seseorang yang telah menyatakan Allah sebagai Tuhan (telah menerima aqidah tauhid) tetapi dalam hidup kesehariannya mengarahkan sebagian atau seluruh aktivitasnya hidup untuk tujuan selain mardhotillah, maka berarti orang tersebut telah melanggar pernyataannya sendiri. Seluruh babak kehidupan yang seharusnya berada dalam bingkai ibadah menjadi sama sekali tidak bernilai. Dengan membuat mardhotillah sebagai tujuan hidup manusia, maka suatu tujuan tertinggi dan termulia telah diletakan dihadapan umat manusia. Dengan demikian, kemungkinan-kemungkinan tanpa batas teleh terbuka bagi perkembangan moral manusia.
4)   Allah sebagai pembebas manusia dari perbudakan
77
7
77
         Prinsip aqidah tauhid telah membatalkan seluruh konsepsi tentang kedaulatan hukum dan politik dari manusia, baik secara perseorangan maupun  kelompok. Tidak ada satu makhlukpun didunia ini yang berhak mengaku dan menyandang predikat sebagai pemilik kedaulatan, baik dari pribadi seseorang, keluarga, suku atau ras, golongan atau kelas, maupun makhluk lain selain manusia. Hanya Alloh saja satu-satunya yang berdaulat, dan segala perintah-Nya merupakan undang-undang dalam islam. Seseorang yang beraqidah tauhid yaitu mengakui dan meyakini bahwa Allah adalah Rabb ‘Al-’alamin (Tuhan seru sekalian alam) dan satu-satunya yang harus disembah, berarti dia telah memasuki alam bebs merdeka dari segala perbudakan manusia, harta, tahta dan Tuhan-Tuhan kecil lainnya, termasuk Tuhan hawa nafsunya sendiri.[8] 

   
BAB III
PENUTUP

A.SIMPULAN

              Tauhid merupakan hal yang pokok dalam islam. Dia harus dimiliki dalam hati setiap muslim. Selanjutnya, Tauhid tidak hanya sekedar kita ketahui makna dan fungsinya, tapi harus benar-benar kita yakini dan kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu landasan hidup, untuk mencapai cita-cita hidup yang benar-benar diridhoi Allah SWT.
              Tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, ia tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dan kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Ia tidak hanya berfungsi sebagai Aqidah, tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup.
Apabila tauhid tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia akan menjadi suatu kekuatan batin yang tangguh. Kekuatan itu akan melahirkan sikap positif dan realitas kehidupannya sehari – hari. Ia akan selalu optimis menghadapi masa depan, tidak takut terhadap apapun dan siapapun kecuali Tuhan, selalu senang dan gembira sebab mereka dekat dengan Tuhan dan yakin Tuhan selalu bersamanya setiap hal, rajin melakukan Ibadah dan perbuatan baik, dan sikap – sikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula untuk Masyarakat dan lingkungannya.
88
 


B.SARAN

              Demikianlah makalah yang telah kami buat, semoga dapat diterima oleh Ibu Dra. Yusafrida Rasyidi M.Ag selaku Dosen ilmu Tauhid. Dan kami selaku penyusun berharap makalah yang telah kami susun ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Akhirnya, kami menyadari bahwa apa yang kami lakukan ini sesungguhnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran khususnya dari Ibu Dosen sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

          Supadie, Didiek Ahmad, dkk. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Raja grafindo Persada.
          Ibrahim Muhammad bin Abdullah. Pengantar studi Aqidah Islam.
          Azzam, Abdullah. 1993. Aqidah, Landasan Pokok Membina Ummat.Jakarta: Gema Insani.
          Mawardi, dkk. 2009. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
          Nata, Abudin. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo.
          Baharudin, M. 2013. Dasar-Dasar Filsafat. Bandarlampung: Harakindo Publishing.
99
 


[1] Didiek Ahmad Supadie, dkk. 2012. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Raja grafindo Persada. Hal.184
[2] Ibrahim Muhammad bin Abdullah. Pengantar studi Aqidah Islam.
[3] Abdullah azzam. 1993. Aqidah, Landasan Pokok Membina Ummat.Jakarta: Gema Insani. Hal.18  
[4] Mawardi, dkk. 2009. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. hal.177.
[5] Abudin Nata. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo. Cet. X, hal.20

[6] Mawardi, dkk. Op. Cit
[7] Didiek Ahmad Supadie, dkk. Op, Cit. Hal.133 
[8] Ibid. Hal.134